Prasah, Mahar Unik di Kota Jepara

By Maul's Blog - Oktober 04, 2019


Hai guysss!!! kalian pasti sudah tau kan apa itu mahar?? Yups, Mahar atau mas kawin merupakan salah satu syarat sah pernikahan yang diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan. Lazimnya mahar yang diberikan berupa seperangkat alat solat, emas atau sejumlah uang. Namun hal ini berbeda lho dengan mahar yang diberikan di salah satu desa di kota Jepara, Jawa tengah. Mau tau seperti apa? Mahar apa yang diberikan ?? Check it Now...
Semakin berkembangnya zaman, keberadaan ragam tradisi mulai terlupakan dan lambat laun mulai tergantikan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang modern. Namun hal tersebut tidak berlaku di desa Sidigede, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara. Di desa tersebut  sampai saat ini masih mempertahankan dan menjaga serta melestarikan tradisi unik yang mereka miliki. Tradisi tersebut oleh warga disana setempat dikenal dengan sebutan prasah

Di dalam pernikahan, lazimnya seorang pengantin laki-laki memberikan mahar/mas kawin untuk seorang pengantin perempuan yang akan mereka nikahi. Mahar tersebut biasanya berupa seperangkat alat solat, emas ataupun sejumlah uang. Namun berbeda dengan warga di desa Sidigede, seorang pengantin pria akan memberikan seekor kerbau jantan yang besar dan tangguh sebagai mahar/mas kawinnya kepada pengantin perempuan. Dalam penyerahan mahar/mas kawin ini juga memiliki cara yang unik dan tidak boleh sembarangan, yaitu sebelum diserahkan ke pihak pengantin perempuan kerbau sebelumnya diarak dari rumah pengantin pria sampai ke rumah pengantin wanita. Dalam proses pengarakan kerbau ini juga akan diikuti oleh seluruh warga desa dengan berjalan kaki . tradisi unik ini  disebut sebagai tradisi prasah.

Prasah adalah tradisi memberikan mahar berupa kerbau jantan besar dari pihak pengantin laki-laki kepada pihak pengatin perempuan, dengan cara mengarak kerbau tersebut dari kediaman pengantin laki-laki sampai kediaman perempuan yang diikuti oleh seluruh warga desa dengan berjalan kaki. Sebagai mahar, kerbau yang digunakan tidak boleh sembarangan. Akan tetapi yang memiliki kualitas paling unggul dan paling besar yang didatangkan dariJawa Timur.  Biasanya prasah dilengkapi dengan hiburan seperti tarian jaran kepang, barongan, drumb band dan kereta kencana.


Proses pengarakan kerbau diawali dengan pembacaan mantra oleh sang pawang tokoh desa setempat sehingga kerbau tersebut menjadi sangat bringas dan ngamuk. Untuk menaklukkan amukan si kerbau harus dibracut, yaitu proses pemberian tali dadung dibagian kepala dan kaki kerbau. Pada ujung tali tersebut akan dipegang oleh orang-orang yang sudah ahli mbracut. Hal ini dilakukan agar memudahkan saat pengarakan nantinya. Setelah itu, kerbau siap diarak dari kediaman pengantin pria menuju kediaman pengantin wanita dan diikuti oleh warga desa dengan berjalan kaki sambil bersorak-sorak dan membunyikan petasan. Yang dibelakangnya juga diikuti oleh tarian jaran kepang, barongan dan drumb band untuk meramaikan acara. Terkadang kerbau yang ngamuk tersebut dapat merusak pagar warga yang terbuat dari kayu dan apapun yang didepannya. Setelah sampai di kediaman pengantin wanita kerbau akan dibacakan mantra agar tenang kembali dan diserahkan kepada pihak pengantin perempuan.


Menurut sesepuh desa, filosofi dari tradisi prasah ini adalah pengantin laki-laki merasa telah menunjukkan kejantanannya dan keluarganya juga merasa terhormat karena berhasil menaklukkan kerbau yang sedang ngamuk. Tradisi ini diambil dari kisah jaka tingkir, seorang pemuda yang berhasil menaklukkan amukan kerbau yang bringas yang sedang menyerang waga sehingga dapat menikahi putri dari Kerjaan Demak. Sehingga tradisi prasah ini menjadi identitas warga desa Sidigede, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara.

Tradisi prasah ini hanya dilakukan oleh warga desa Sidigede saja lho dan tidak dapat ditemukan di daerah lain. Namun seiring perkembangan zaman tidak semua warga desa Sidigede melakukan tradisi tersebut karena memerlukan biaya yang sangat mahal tentunya. Oleh karena itu hanya warga yang masih memegang erat tradisi dan orang-orang yang mampu saja yang mengadakan acara tersebut. Dengan adanya tradisi ini tidak hanya dapat melestarikan tradisi saja lho, tetapi juga dapat menyatukan kerukunan antar warga desa karena dalam proses acara melibatkan seluruh warga desa untuk meramaikan acara tersebut.


  • Share:

You Might Also Like

14 komentar